Secara simbolik dan filosofi, para leluhur menyampaikan
melalui bahasa symbol dan kepercayaan yang di anut pada masa itu yakni agama Ciwa.
Dalam pemaknaanya, sangat berhubungan erat dengan kepercayaan para leluhur kita
sebelumnya yakni kapitayan, animisme, dinamisme, serta panteisme.
Dengan adanya apa yang disebut kesinengkeran pada kawruh
atau pengetahuan tentang tosan aji, yang berakibat sampai saat ini belum ada
interpretasi secara detail tentang relief pande. Kesinengkeran tersebut mengakibatkan
hanya orang orang tertentu saja yang boleh tahu, itupun hanya untuk dirinya
sendiri.
Kalaupun di sampaikan akan di sampaikan secara tersirat,
karena dalam budaya atau tradisi spiritual leluhur kita, penuh dengan hal simbolik,filosofis, bias, penuh sanepa dan pasemon.
Semakin tinggi dan luhur informasi yang disampaikan akan
semakin tersirat dan multi tafsir. Oleh
karena itu untuk mengetahui hal mendasar
dalam penciptaan tosan aji , kita lebih dulu harus memahami kepercayaan yang di
anut oleh nenek moyang lelhur leluhur kita pada masa itu.
KAPITAYAN, memuja Tuhan yang di sebut Sang Hyang Taya, makna dari kata Taya adalah suwung atau kosong, hampa tidak bisa di deteksi dengan pancaindera keberadaanNya atau dimaknai dengan istilah ‘ Tan kena kinaya ngapa’. Hanya bisa di rasakan dengan pikiran jernih dan hati yang suci. Leluhur kita memahami adanya sesuatu yang tak kasad mata namun memiliki kekuatan adikodrati yang menyebabkan kebaikan dan keburukan dalam kehidupan. Mereka menyembah Tuhan yang di sebut Sang Hyang Taya. Tidak memiliki kitab dengan ajaran yang lebih menekankan konsep keseimbangan.
ANIMISME dari Bahasa latin anima yang artinya roh
atau daya hidup. Suatu kepercayaan adanya daya hidup atau roh yang ada di alam
semesta pada obyek yang tampak seperti benda, tumbuh tumbuhan, hewan, manusia,
air, api dan lainya. Roh atau daya hidup tersebut tidak sebatas dari nenek
moyang, akan tetapi Hyang Maha Kuasa juga merupakan daya hidup Hyang MahaTinggi.
DINAMISME dari kata latin dunamos atau kekuatan yang
memiliki pengertian bahwa alam semesta dengan segala isinya mempunyai kekuatan
yang bersifat ghaib.
PANTEISME- secara harfiah artinya Tuhan adalah
semuanya dan semua adalah Tuhan. Tuhan
Sang Maha Kuasa ada di mana mana sebagai
bentuk pemahaman yang menyamakan Tuhan dengan kekuatan dan hukum hukum alam
semesta. Dalam Panteisme daya kuasaNya meliputi semua yang di ciptakan meliputi
alam semesta seisinya. Daya KuasaNya ada di dalam dari yang terdalam dan ada di
luar dari yang terluar suatu obyek apapun.
Agama Ciwa atau Agama Hindu, sosok yang di sebut dewa
merupakan manifestasi kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang merupakan sifatdan kuasaNya. Dewa dewa yang merupakan kemahakuasaanNya di wujudkan sebagai
sosok tertentu dan di beri sebutan nama Trimurti sebagai Dewa tertinggi
1. Dewa Brahma, sifat daya kuasa-Nya mencipta. Dewa Wisnu sifat daya kuasa-Nya memelihara. Dewa Ciwa daya kuasa-Nya melebur.
Ketiganya merupakan tiga kesatuan yang bermakna ketuhanan,
di wujudkan kedalam konsep arca, lingga yoni, sehingga makna sacral dari
perwujudan lingga yoni memliki makna ketiga sifat tersebut yakni Tercipta,
Terpelihara, Termusnahkan, yang merupakan siklus kehidupan tiada henti di alam
semesta dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Para dewa tidak dapat bergerak bebas dan
menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
INTERPRETASI RELIEF PANDE.
Terdapat 5 simbol utama di interpretasi pada relief pande di
Candi Sukuh.
1. Sang mpu pande yang di perankan sang Bima dan
juga Panjak yang di perankan oleh Dewa Ganesa dengan posisi keduanya masuk ke
dalam cerukan lantai besalen.
Keduanya merepresentasikan diri sebagai lingga ciwa dengan tanah bumi yang di pijak sebagai yoni-nya. Dewa Ciwa manifestasi dari daya kuasaNya yang melebur di simbolkan api. Oleh karena itu dalam penciptaan keris atau tosan aji ada proses peleburan yang memanfatkan api untuk membuang kotoran sebagai proses pembersihan yaitu, saat proses mewasuh maupun dalam pembentukanya.
Keduanya memposisikan diri mereka dengan tanah tempat berpijak, sebagai kesatuan lingga yoni. Kesatuan dari Trimurti yakni Brahma, Wisnu, Ciwa, yang maknanya bahwa hanya Tuhanlah yang mempunyai kuasa untuk menciptakan, memelihara dan melebur segala sesuatunya.
Oleh karena itu dalam proses penciptaan tosan aji mpu pande berharap daya kuasaNya yang akan bekerja dan menuntun mpu pande dalam berkarya. Mpu pande tidak hanya melebur, tetapi juga mencipta dan memelihara ciptaan itu nantinya.
Makna keduanya masuk kedalam tanah di ibaratkan orang yang sudah mati di kubur di dalam tanah. ‘mati sajroning urip, urip sajroning pati’ . Sebagai sebuah pentunjuk sikap bathin yang harus di lakukan seorang mpu pande dalam mematikan egonya dengan harapan agar mendapat daya kuasaNya yang ada di dalam diri paling dalam, maupun daya kuasaNya yang beradadi luar dan yang terluar dari sang mpu pande yang akan bekerja dan menuntun selama proses penciptaan karya berlangsung.
Ibarat kisah ruwatan Sudamala yang di lakukan oleh Sadewa bukan pribadi, tetapi Sadewa dengan daya kuasa Dewa Siwa yang sebenarnya bekerja dalam meruwat dan membebaskan Durga untuk kembali ke wujud asalnya sebagai Dewi. Jadi hanya Tuhan Yang Maha Kuasa lah yang baik yang sesuai dengan kehendakNya, agar hal itu dapat terwujud, maka di dalam relief sosok pandenya di perankan oleh tokoh Bima.
Personifikasi Bima sebagai sosok pande.
Dari sikap dan kelengkapan yang di kenakan Bima pada relief sesuai dengan pemaknaanya pada wayang purwa, yang di artikan sebagai sosok ideal seorang mpu pande adalah sebagai berikut.
A.
Bima memiliki mata thelengan dengan hiasan
kepala sumping pundhak sinumpet dan memaki kalung suweng penunggul manik yang
artinya, Bima enggan memamerkan pengetahuanya dan memiliki kejernihan dalam
mata bathinya.
B.
Dahinya lebar dengan pupuk jaroting asem ,
artinya Bima memiliki akal budi yang luhur.
C.
Pangkal lengan memakai kelar bahu balibar
manggis yang artinya, suka memberikan pengetahuan sebagai sesuatu yang bernakna
positif bagi sesama, bangsa dan negara.
D.
Tangan kanan tidak memegang palu tetapi tanganya
menggenggam atau mengepal yang artinya symbol persatuan dan kesatuan yang kokoh
dan kuat untuk dapat mengendalikan diri sendiri maupun panjaknya (pembantu mpu
sewaktu menempa), agar selaras dan seirama sewaktu menempa untuk megnhasilkan
karya yang sempurna.
E.
Bima mengenakan dodot kuntha , kain panjang
bermotif kotak kotak dan bercorak poleng bang Bintulu di bagian paha bergambar
porong naga karangrang yang artinya Bima menguasai dan mengendalikan nafsunya.
F. Bima mengenakan Upavita dari Pundak kanan melingkar di depan dada kearah pinggang sebelah kiri. Hal ini menunjukan perputaran yang tidak searah dngan putaran jarum jam, yaitu berputar ke kiri yang di sebut prasawya (kebalikan dari pradaksina) yang artinya, membuang kotoran kotoran ke dunia bawah. Seebelum meningkat ketingkat yang lebih tinggi, kotoran kotoran tersebut harus di hilangkan terlebih dulu agar terjadi peningkatan dari jiwa yang rendah atau kotor menjadi jiwa tinggi atau bersih.
Seperti kita ketahui bahwa sewaktu mpu pande mewasuh bahan logam, merupakan kegiatan membuang atau menghilangkan kotoran kotoran untuk mendapatkan logam yang bersih, agar nantinya di tingkatkan nilainya baik secara lahiriyah maupun spiritnya, menjadi benda yang secara lahiriyah mempunyai nilai seni, mapun mempunyai nilai spirit atau daya hidup yang lebih tinggi pada karya tersebut.
Keris
atau Tosan aji sudah bukan lagi benda yang memiliki daya hidup berada di
dalamnya, tetapi sebuah benda yang mempunyai daya hidup jauh lebih tinggi dari
daya hidup kebendaan. Daya hidup tersebut dapat berupa daya hidup tumbuh
tumbuhan, daya hidup binatang, daya hidup manusia atau yang lebih tinggi lagi.
Dewa Ganesa artinya.
a.
Dewa Ganesa di kenal sebagai dewa saat memulai
pekerjaan atau juga di kenal sebagai dewa pengusir segala rintangan. Sudah menjadi
budaya tradisi masyarakat Nusantara yang sangat religius bahwa sewaktu akan
memulai pekerjaan selalu di awali dengan berdoa, begitupun dalam pengahkiranya.
b.
Dewa Ganesa di kenal juga sebagai dewa
pengetahuan dan kecerdasan. Pada proses pembuatan bilah keris, di butuhkan berbagai
pengetahun yang harus di kuasasi oleh seorang mpu pande diantaranya, pengetahuan
tentang pemanfaatan dan pengendalian api (pyrotecnologi). Pengetahuan
Metalurgi, Pengetahuan tentang senjata, Pengetahuan tentang spirit dan
filsafat, Pengetahuan tentang seni, tata seni, estetika dan pengetahuan tentang
ketatanegaraan sosial, politik dan sebagainya.
c.
Dewa Gabesa di kenal sebagai dewa yang berdiam
di muladhara cakra atau cakra pertama yang mengawali cakra cakra berikutnya
pada pehamanan kundalini yoga. Dimana cakra cakra tersebut merupakan simpul
simpul daya kuasaNya yang terpendam dalam setiap diri manusia, yang nantinya
akan aktif menuntun saat sang Mpu Pande berkarya.
d.
Dewa Ganesa kakinya di angkat satu yang di
artikan Dewa Ganesa menari yang memiliki makna seperti sang ayah yaitu Dewa Siwa
dengan Siwa Nataraja-nya ( Raja Tarian). Artinya bahwa kepercayaan atau agama ,
seni dan ilmu bergabung menjadi satu.
Sebagai Nataraja, Siwa meruapakan lambang pralaya, sekaligus penciptaan yang tergambar dalam tarian yang menghapus dan meleburkan ilusi atau maya dan mengubahnya menjadi kekuatan dan pencerahan. Juga bermakna bahwa Penciptaan, Pemeliharaan, Peleburan dan Penganugerahan (kemakmuran, kesejahteraan, kedamaian, melepaskan jiwa individu dan keterikatan / ketergantungan belenggu duniawi dari kekuatan maya / ikusi ) akan selalu terjadi di alam semesta.
Dalam diri kita masing masing setiap saat ribuan sel lahir dan mati, jutaan sel tumbuh dan lestari di dalam tubuh kita. Siwa Nataraja juga berarti bahwa dasar dan tujuan segala penciptaan kerya seni adalah bentuk suatu pemujaan atau kebaktian manusia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Seperti kita ketahuai bahwa secara etimologi, kata seni berasal dari kata sanksekerta sani yang artinya pemujaan persembahan dan pelayanan yang erat dengan sebuah upacara keagamaan yang di sebut kesenian.
Simbol atau ikon sosok Arjuna memegang ububan alat yang di
pakai untuk menghembuskan angin ke prapen agar api tetap menyala dalam bahasa sanksekerta,
arjuna artinya bersinar terang putih bersih yang dimaknai jujur di dalam wajah
dan pikiran lahir maupun bathin. Melambangkan niat suci dalam berkarya membuat
bilah keris.
Sosok Binatang anjing yang kepalanya menoleh melihat keluar tidak
memperhatikan Bima saat menempa. Binatang
anjing dalam kepercayaan Siwa sebagai binatang penjaga pintu surga dan juga sebagai
utusan dewa kematian. Suasan besalen sewaktu mpu pande bekerja ibarat surga
karena daya kuasaNya saar iti sedang bekerja dan menuntun bekerja. Tempat
suasana dan kegiatan yang sedang berlangsung di besalen saat itu sangat sacral.
Dari penafsiran di atas dapat di simbulkan bahwa karya
pembuatan bilah keris atau tosan aji adalah sebuah karya seni sacral yang di
landasi dan bertujuan sebagai kebaktian manusia kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Sebagai symbol dari kesatuan lingga yoni yang di terapkan
sewaktu mpu pande menepa maupun antara bilah dengan gonja dan bilah dengan
warangkanya. Menunjukan bahwa keris bermakna Ketuhanan atau symbol ketuhanan
sehingga keris memiliki kedudukan sangat tinggi di masyarakat.
Karya keris utamanya adalah untuk hal hal yang ideofak dan
sosiofak, bukan bertujuan untuk kepentingan teknofak.
Bima dengan watak sifat dan kemampuanya spiritualnya merupakan symbol idealnya seorang mpu pande atau sosok manusia pada umumnya.
Oleh : Ady Suslistyono, S.Sos (dalam pemeran keris peradaban nusantara di candi sukuh)
Judiantoro
