BUDAYA-Sebagai ungkapan wujud rasa syukur kepada alam semesta yang telah memberikan berkah kemurahan pangan dan sumber kehidupan, komunitas pecinta alam yang tergabung dalam Anak Gunung Lawu (AGL), serta beberapa komunitas pelestari alam, budaya dan spiritual, Sabtu sore (12/4) menggelar kirab budaya dan umbul donga yang di pusatkan di pos pendakian Cemara Kandang, Karanganyar.
“Kirab yang di kemas dengan iring iringan gunungan hasil
bumi, di ikuti para relawan, masyarakat adat dan puluhan komunitas pecinta alam
lainya, Kata mbah Mamik, salah satu sesepuh AGL yang juga tokoh spiritual jawa dalam
keteranganya.
Makna dari kegiatan tersebut kata mbah Mamik, untuk
mengingatkan kita pentingnya menjaga keseimbangan alam, khususnya alam gunung
lawu yang selama ini menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitar.
Oleh karena itu di dalam mengungkapkan wujud rasa syukur tersebut, masyarakat juga melakukan doa yang di kemas dengan umbul donga untuk membangun keselaran dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam dan Tuhan Sang Maha Pencipta.
Dalam konteks kebudayaan jawa, umbul donga adalah ritus kerohanian
yang di kemas melalui budaya kearifan local. Semua itu bertujuan untuk
membangun keselarasan sekaligus mengajarkan kepada kita, agar manusia senantiasa
memiliki syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan memiliki rasa syukur kita di jauhkan dari keserakahan
dan kemurkaan, sehingga sebagai manusia kita akan di beri kesadaran untuk tidak
mengeksplorasi alam secara serakah. Menjadikan alam hanya sebagai sumber penghasil
uang tanpa pernah memikirkan dampak kerusakan dari eksplorasi tersebut.
Gunung yang seharusnya menjadi penopang sumber kehidupan
mahkluk hidup di alam semesta, akhirnua rusak dan menimbulkan bencana akibat keserakahan
manusia dalam mengeksplorasi. Menjadikan gunung sebagai kawasan wisata tanpa mempertimbangkan
ekosistem yang ada.
Oleh karena itu melalui kirab memeteri gunung, para
pelestari lingkungan mengajak semua masyarakat untuk bersama sama menjaga kelestarian
dan keseimbangan alam, agar anak cucu kita di masa yang akan datang masih bisa
menikmati dan memiliki sumber daya alam yang ada, pungkas mbah Mamik.
(Tok)

