Iklan

Menu Bawah

Ratusan Tahun Di Keramatkan, Alas Donoloyo Tetap Angker Sampai Sekarang

Sabtu, 29 Maret 2025, Maret 29, 2025 WIB Last Updated 2025-05-15T02:26:54Z

                                                       Punden alas donoloyo, slogohima, wonogiri

Petilasan -  Alas Donoloyo di Desa Watu Soma, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, berbeda dengan hutan jati pada umumnya.  Selain hutan alam yang di lindungi, Donoloyo juga merupakan cagar budaya alam.

 Hutan tersebut sarat dengan misteri yang menyelimuti keberadaanya.


 Meski luas area hutan jati donoloyo tak seluas hutan lindung yang ada di sekitarnya, namun tak satupun warga berani menebang pohon yang ada di dalam hutan donoloyo.


 Oleh karena itu sebagian besar pohon jati yang tumbuh di dalam hutan donoloyo mayoritas berumur ratusan tahun, masing masing pohon di berinama para tokoh pewayangan.


 Menurut cerita juru kunci hutan donoloyo, pohon jati yang tumbuh di dalam hutan berawal dari mbah Ageng yang kala itu berkeinginan menanam pohon jati di sebuah lahan gersang tempat ia bertapa.


 Dari cerita warga masyarakat sekitar, mbah Ageng merupakan anak keturunan Raja  Majapahit yang mengasingkan diri di daerah pegunungan seribu.


 Di kisahkan saat itu, untuk memenuhi keinginanya mbah Ageng lebih dulu harus mencari bibit pohon jati untuk di tanam. Dalam benaknya hanya ada satu orang yang memiliki bibit jati unggul yaitu, saudara uparnya bernama Sokoboyo. Akan tetapi saat niat tersebut di sampaikan kepada Sokoboyo, ia menolak memberikan bibit pohon jati tersebut.


 Nyai Sokoboyo yang mengetahui suaminya tak merelakan bibit pohon jati miliknya di minta oleh mbah Ageng, lantas menyuruh saudaranya kembali keesokan hari sembari membawa bumbung bambu.


 Tanpa sepengetahuan suaminya, Nyai Sokoboyo mengambil bibit pohon jati di letakan kedalam wadah bumbung bambu dan diberikan kepada mbah Ageng. Tak selang lama setelah menerima pemberian bibit pohon jati tersebut, kemudian di tanam di lahan yang sudah di persiapkan.


 Oleh karena bibit pohon jati unggulan, tak selang lama setelah di tanam tumbuh dengan cepat. Semakin hari semakin bertambah besar. Sokoboyo yang mendengar kabar ada pohon jati tumbuh subur di daerah pegunungan yang tak lain adalah milik mbah ageng, akhirnya mengetahui jika bibit tersebut adalah bibit jati miliknya.


 Dengan menahan rasa amarah Sokoboyo bersumpah, bahwa kelak tidak boleh ada warga desa menjalin hubungan pernikahan dengan warga desa dimana mbah ageng tinggal. Jika pantangan tersebut dilanggar maka akan ada balak yang harus di tanggung.


 Sejak adanya sumpah tersebut, hingga kini pantang bagi warga di dua desa tersebut menjalin hubungan pernikahan.


 Pohon jati yang di tanam oleh mbah ageng kian hari kian bertambah besar, bahkan bayangan pohon tersebut siang hari tampak membayang di alun alun Kesultanan Demak.


 Sultan Demak yang mendengar peristiwa aneh adanya bayangan pohon jati di alun alun kesultanan kaget. Ia lantas mengajak para wali bermusyawarah untuk meminta pendapat bagaimana jika pohon jati tersebut diminta untuk di jadikan tiang saka guru masjid gede.


 Para wali yang mendengar usulan Sultan Demak lantas menyetujui dan mengutus Sunan Giri mencari jejak keberadaan pohon jati tersebut.


 Di dampingi para punggawa Kasultanan Demak, Sunan Giri lantas melaksanakan tugas yang di embankan. Ia menempuh perjalanan ke selatan, sampai akhirnya di temukanlah pohon jati tersebut yang tak lain adalah milik mbah ageng.


 Kepada mbah ageng, Sunan Giri menyampaikan niat keinginanya meminta pohon jati untuk membangun masjid gede Demak. Oleh mbah ageng permintaan Sunan Giri di penuhi namun dengan satu syarat, kelak jika terjadi peristiwa geger besar di tanah jawa, anak keturunanya di jaga dan lindungi.


 Oleh Sunan Giri syarat tersebut di sanggupi, sehingga pembangunan masjid ageng demak akhirnya berjalan. Cikal bakal pohon jati yang di ambil oleh Sunan Giri tersebut lantas beranak pinak, dengan banyaknya buah yang berjatuhan mulai tumbuh menjadi tunas tunas baru.  


 Sedangkan tonggak jati sisa pohon yang di minta oleh Sunan Giri, sekarang di keramatkan. Setiap malam tertentu banyak warga dari luar desa berkunjung melakukan ritual di hutan donoloyo.


 Selain ngalap berkah hajad, ada juga pelaku ritual mengambil sepotong kayu dari salah satu pohon yang ada di alas donoloyo untuk keperluan ritual tertentu. Baik untuk pelarisan dagang maupun pagar rumah.  


 Bagi para pelaku ritual yang kabul hajad hajadnya, biasanya memenuhi nadharnya menyembelih kambing di dalam hutan, kemudian di masak dan di bagi bagikan kepada masyarakat sekitar. / Judiantoro

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Tampilkan

  • Ratusan Tahun Di Keramatkan, Alas Donoloyo Tetap Angker Sampai Sekarang
  • 0

Terkini

Topik Populer

Advertisement