Tempat Keramat - Siapa yang tak kenal dengan nama Raden Ngabehi Ranggawarsita, pujangga agung Keraton Surakarta yang masyhur dengan ramalan jaman edan. Selama hidup Ranggawarsita banyak berjasa dalam dunia satra jawa. Ia merupakan simbol kesusateraan budaya jawa.
Menurut cerita Pak Dayat ( 50th), makam kedua bocah tersebut lebih dulu ada ketimbang makam makam lainya.
Di tambahkan ceritanya, ayah Bagus Tlogo dan Gumyur dulu adalah anak seorang Demang bernama Nayamanggala. Ia merupakan tokoh cikal bakal yang membangun desa, serta masih memiliki garis kekerabatan dengan Ronggowarsito.
Area komplek pemakaman dulu adalah hutan belantara. Di tempat tersebut Demang Nayamanggala pernah menjalani laku bertapa tak jauh dari sumur tiban. Selama menjalani laku tapa brata, Nayamenggala jatuh cinta kepada seorang wanita bangsa ghaib bernama Raden Ayu Sekar Gadung Melati.
Putri tersebut berparas sangat cantik sekali, ia menempati istana gaib di dalam sumber mata air sumur tiban. Melihat ketampanan Nayamenggolo sang putri juga jatuh cinta, keduanya lantas membangun rumah tangga sebagai pasangan suami istri namun beda alam.
Dari hasil perkawinanya, mereka berdua di karuniai anak kembar bernama Bagus Telogo dan Bagus Gumyur. Namun saat dua bayi tersebut di lahirkan, Demang Nayamengala menyudahi semedinya. Ia harus kembali ke keraton untuk menjalankan tugas yang di embanya.
Dengan masih menahan rindu kepada istrinya , Nayamenggala akhirnya harus berpisah.
“ Bawalah kedua anak ini, agar kamu terus ingat padaku. Kelak apabila sudah dewasa beritahukan kepada dia siapa ibunya “ Kata Sekar Gadung Melati kepada suaminya.
Dengan perasaan berat hati akhirnya sang ibu harus berpisah dengan anak anaknya. Kedua bayi kembar tersebut di bawa ke karaton oleh Nayamenggala. Selama berada di karaton, kedua anaknya selalu menayakan dimana ibunya.
Meski saat itu keduanya baru menginjak usia selapan hari, akan tetapi anak yang lahir dari perkawinan ghaib ternyata berbeda dengan anak manusia pada umumnya. Wadag kedaanya juga beda, karena dapat berada di alam manusia dan alam jin.
Mendengar pertanyaan kedua anaknya, Demang Nayamenggala akhirnya berterus terang menceritakan apa yang terjadi saat anaknya di lahirkan. Hanya saja dalam cerita tersebut, Nayamenggala tidak memberitahukan di mana keberadaan ibunya.
Ia hanya memberi petunjuk pasar yang ada apabila tiap hari pasaran di sebuah desa di daerah selatan, ujarnya saat itu.
Setelah memperoleh petunjuk dari ayahnya, kedua bocah kembar itu akhirnya mencari ke arah selatan dan sampailah dia di sebuah pasar desa yang ada hanya hari pasaran. Pasar desa tersebut berada di pinggir hutan tak jauh dari perbukitan kapur
Dalam pencarianya,
kedua bocah tersebut akhirnya di pertemukan dengan ibu kandungnya, Namun
selepas bertemu, Bagus Telogo dan Bagus Gumyur meninggal dunia. Oleh warga desa
sekitar ia kemudian di kuburkan di dekat sumur tiban, yang di percaya merupakan
sumur milik Raden Ayu Sekar Gadung Melati.
Tempat ngalap berkah.
Seiring dengan berjalanya waktu, makam bocah kembar tersebut sering di datangi para peziarah untuk melakukan ritual dan ngalaap berkah.
Menurut keyakinan para pelaku ritual, tempat tersebut cocok untuk penglarisan atau sesuatu hal yang berkaitan dengan persoalan duniawi. Bahkan menurut Dayat, ada banyak pelaku ritual sukses setelah menjalani tirakat di makam tersebut.
Selain makam Tlogo dan Gumyur,, ada juga peziarah dan pelaku ritual ngalap berkah di sumur Sekar Gadung Melati. Air sumur ini di yakini memiliki tuah untuk menyembuhkan penyakit baik medis mupun non medis. Akan tetapi di tegaskan oleh Dayat, semua itu tergantung dari keyakinan orang masing masing.
Di masa musim
kemarau, air sumur Sekar Gadung Melati tidak pernah kering. Meski sumur
tersebut terhitung kecil, namun sumber mata air yang keluar tidak pernah
mengering. / Julian