Tempat Keramat - Umbul atau sumber mata air dianggap juga sebagai sumber kehidupan yang harus dijaga dan dilestarikan secara turun temurun, bahkan air yang berasal dari sumber mata air tersebut kerap di jadikan air suci dalam sebuah upacara adat kaagamaan dan ritual tradisi.
Hal tersebut terlihat dari banyaknya tempat pemujaan pada jaman Hindu Buda yang letaknya selalu berdekatan dengan sumber mata air, tempat yang di pilih oleh para pendeta dengan tujuan untuk mensakralkan dan menjaga kelestarian sumber mata air .
Konon menurut cerita tutur, apabila sumber mata air tersebut tidak di halangi dengan bebatuan, Pengging akan menjadi danau air tawar.
Dari sekian
banyak sumber mata air yang ada di Pengging, terdapat salah satu sumber mata air
keramat yang memiliki tempuran dua aliran sungai, serta dipagari tembok bebatuan.
Masyarakat menyebut sumber mata air tersebut dengan nama umbul guyangan.
Setiap malam Jumat dan Selasa Kliwon, umbul guyangan di jadikan tempat untuk laku prihatin kungkum. Para pelaku ritual yang menjali laku tidak hanya warga dari solo raya, tetapi ada juga yang datang dari luar daerah seperti Jakarta, Bandung, dan kota besar lainya.
Mereka para pelaku ritual berharap, dengan menjalani laku kungkum segala bentuk hajad permohonan akan mudah di kabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Para pelaku ritual memaknai air sebagai sumber kehidupan mahkluk hidup, oleh karena itu dengan menjalani laku kungkum harapanya rejeki dan usahanya dapat menjadi lancar.
Pernah pada suatu hari ada seorang pedagang kelontong asal Solo bernama Sumanto melakukan ritual di Umbul Guyangan lantaran di lilit hutang, setelah usaha yang di rintisnya di ciderai oleh pesaingnya sampai akhirnya bangkrut.
Para langgananya merasa toko tempat usahanya tutup, padahal setiap hari buka.
Setelah di tanyakan kepada orang pintar, rupanya ada seseorang yang berlaku sirik menutupi toko dengan tirai ghaib. Sehingga para pelanggan yang ingin membeli melihat toko tempat usahanya tutup.
Oleh orang pintar tersebut Sumanto di sarankan menjalani laku kungkum di umbul guyangan. Oleh karena ingin agar usahanya kembali seperti sedia kala, setiap malam jumat Sumanto kemudian melakukan ritual kungkum sesuai dengan arahannya.
Setelah berjalan beberapa kali, lambat laun usahanya mulai bangkit lagi, bahkan hutang ratusan juta dari kerugian ia usaha dapat di cicil sampai lunas.
Selain sering dikunjungi para pelaku ritual untuk laku prihatin usaha, banyak juga para pejabat menjalani laku kungkum di umbul guyangan.
Pak Mul, warga sekitar menceritakan, Umbul Guyangan di yakini oleh masyarakat sekitar sebagai tempat pertemuan para wali saat melakukan siar. Oleh karena itu kata Pak Mul, tidak mengeherankan jika banyak sekali pelaku ritual pernah melihat sosok orang tua berbaju hitam di sekitar umbul guyangan.
Konon sosok tersebut adalah kakek tua penunggu umbul guyangan bernama Mangun Sanjaya, punggawa Majapahit yang muksa di sekitar umbul guyangan./ Purbangkara
